Artikel Bahasa Melayu
Mengungkap Kemisteriusan Hambali (2)

HOME

Teka-Teki Tragedi 911
Mengungkap Kemisteriusan Hambali (1)
Mengungkap Kemisteriusan Hambali (2)
Menakar Legitimasi Daftar Teroris (1)
Menakar Legitimasi Daftar Teroris (2)
Rekonstruksi Peradaban untuk Melawan Terorisme
Geopolitik Islam vis-à-vis Barat
Terorisme Dalam Perspektif Barat dan Islam
Fundamenlatisme Dan Kekerasan Agama
Terorisme Dalam Perspektif Barat dan Islam
Terorisme Dalam Perspektif Barat dan Islam
Mahathir dan Terorisme Ekonomi
Terorisme, Militan, dan Zionisme
Paradigma Terorisme

 

Sabtu, 27 Maret 2004

Mengungkap Kemisteriusan Hambali
Bagian Terakhir dari Dua Tulisan
Oleh : Hilmy Bakar Almascaty

 

Jika dihubungkan lebih jauh dengan beberapa keganjilan bom Bali, maka makin jelaslah duduk perkaranya. Misalnya bom jenis apakah yang telah meledakkan Sari Club? Ada yang bilang RDX, TNT, dan mantan Kepala Bakin, ZA Maulani dengan tegas menyatakan bahwa bom yang meledak sejenis micronuc (nuklir mikro). Namun, para pelaku mengaku meracik bom dari belerang dan potasium nitrat, bahan untuk membuat petasan. Lalu, mereka dihukum tanpa diberikan kesempatan untuk merekonstruksikan perbuatan mereka, terutama dalam meracik bom yang menimbulkan daya ledak amat dahsyat.

 

Bahkan salah seorang pelaku, Imam Samudra, melalui pengacaranya, menyatakan kekagetannya atas ledakan yang ditimbulkan bom buatannya. Sementara tim independen MUI yang dibentuk tidak pernah mengeluarkan hasil investigasinya, padahal dianggotai oleh pakar-pakar yang kridibel. Belum lagi jika dihubungkan dengan salah seorang waitress (pelayan) Sari Club yang bernama Kadek. Dalam wawancara dengan pers, dia mengaku melihat seorang bule meninggalkan bungkusan di bawah meja beberapa saat sebelum bom meledak.

 

Akhirnya Kadek dievakuasi paksa ke Australia dengan alasan medis, padahal dokter mengatakan, dia cukup dirawat di Bali. Akhirnya, Kadek pulang sudah dalam bentuk abu setelah dikremasi. Yang lebih fantastis, para pelaku bom diketahui dalam waktu singkat. Padahal, konon, mereka teroris profesional. Sedangkan untuk mengungkap dan menangkap pelaku bom di berbagai tempat lain di Indonesia, Polri membutuhkan waktu panjang. Ada apa di balik semua ini? Di Malaysia Hambali memang dekat dengan para pelaku bom Bali, baik Mukhlas ataupun Imam Samudra.

 

Bahkan penulis beberapa kali melihat mereka bersama dalam beberapa kesempatan pertemuan. Apalagi kemudian di persidangan bom Bali terbukti bahwa Hambali menjadi koordinator lapangan dan penyandang dana peledakan bom Bali. Pertanyaan dari manakah Hambali yang hanya seorang penjual kebab dan asongan itu mendapatkan dana besar untuk membeli berbagai jenis bahan bom dan biaya operasi yang tentunya sangat mahal? Tentu "proyek" ini memiliki sponsor yang kuat sebagai penyandang dana.

 

Untuk itulah kemudian sang penjual kebab yang polos ini dicitrakan sebagai direktur operasional al-Qaidah Asia Tenggara yang memiliki sumber dana tak terbatas. Kalau memang Hambali seorang teroris sejati, hidupnya tidak seperti penjual asongan, dia pasti akan hidup seperti Abu Nidal, pemimpin sayap perjuangan PLO yang setiap minggu ganti wajah dan hidup dalam persembunyiaan dari satu negara ke lainnya, yang tidak seorang pun dapat mengenalnnya. Dengan dana yang besar, buat apa repot-repot jual kebab dan tinggal di rumah kontrakan yang dekat dengan rumah Ustad Ba'asyir.

 

Mungkinkah pergaulannya adalah bagian dari sebuah rencana terselubung? Atau, dia hanyalah korban jahat sebuah konspirasi? Hal itu mungkin untuk penyamaran!! Tambah bodoh lagi kalau dia hanya menyamar dengan cara seperti itu. Pribadi Hambali yang terkesan polos dan berpenampilan ala mujahidin yang lengkap dengan jenggot dan baju panjang Afghan, sama sekali jauh dari citra seorang teroris profesional yang berbahaya. Bahkan ketika rumahnya mau digrebek, sebenarnya Hambali ada di sekitar sana, tapi akibat kebodohan polisi kita dan kepolosan polisi Malaysia yang tidak berani bertindak tanpa surat izin, Hambali dapat kabur saat itu.

 

Seorang tetangganya sempat menasihati dan memberikan sangu kepada Hambali ketika mau melarikan diri dari penangkapan aparat polisi Malaysia. Justru kaburnya Hambali secara misterius semakin menguak jati dirinya yang polos. Konon, sebenarnya sebelum ditangkap, Hambali sudah disimpan dulu untuk tujuan tertentu, dan tunggu jadwal untuk diumumkan sebagaimana yang terjadi pada Fathurrahman al-Ghozi.

 

Pembunuhan Tgk Fauzi dan BIN


Demikian pula pembunuhan Tgk Fauzi Hasbi di Ambon secara misterius oleh mantan pelaku peristiwa Talang Sari Lampung menambah kompleksnya permasalahan. Anto mengaku membunuh Tgk Fauzi bersama 2 anak buahnya karena marah pada Tgk Fauzi yang telah memuluskan penangkapan al-Farouk yang selama ini dekat dengannya. Belakangan, keluarga Tgk Fauzi mendapati beberapa dokumen yang menunjukkan bahwa dia memiliki hubungan dengan petinggi Badan Intelijen Negara (BIN).

 

Sebuah surat tugas yang menyatakan Tgk Fauzi sebagai agen madya BIN juga ditemukan. Ternyata Tgk Fauzi sangat dekat dengan A Haris, orang BIN yang disusupkan ke Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) yang lama malang melintang dalam gerakan Islam. Menurut Kapolri, Haris adalah orang BIN yang ikut menangkap dan menginterogasi al-Farouk. Kemudian terbongkar bahwa Haris adalah orang yang membawahi operasi yang dilakukan al-Farouk yang sampai saat ini tidak jelas rimbanya.

 

Mantan pejabat Bakin, AC Manullang pada sebuah media mengungkapkan bahwa Umar al-Farouk adalah agen binaan CIA yang ditugaskan menyusup, merekrut agen lokal dari kalangan Islam radikal. Dalam operasinya biasanya mereka didampingi oleh agen-agen lokal. Maka tidak mengherankan jika memang orang-orang seperti A Haris ataupun Tgk Fauzi menggalang operasi dengan orang-orang seperti al-Farouk ataupun Hambali. Apalagi jika operasi ini melibatkan negara-negara besar yang memiliki kepentingan di Indonesia, mereka akan membuat berbagai bentuk rekayasa dan operasi intelijen untuk mencapai tujuannya.

 

Bom Bali dan konspirasi internasional


Fakta adanya bom besar yang terbuat dari RDX ataupun micronuc dengan daya ledak dahsyat yang beredar terbatas dan hanya dimiliki oleh negara-negara tertentu jelas menambah keyakinan adanya konspirasi tingkat tinggi dalam peristiwa bom
Bali. Pemilihan Bali sebagai daerah sasaran yang sangat strategis untuk menarik perhatian dunia internasional adalah langkah strategis yang tidak mungkin terpikirkan oleh orang sekelas Hambali, Imam Samudra, ataupun Mukhlas.

 

Operasi ini pasti melibatkan orang-orng besar dengan pertimbangan jenius sehingga menjadi berita internasional. Apalagi pada saat yang sama Amerika tengah gencar-gencarnya mengkampanyekan gerakan perang melawan terorisme pasca-tragedi WTC 11 September, yang konon didalangi oleh al-Qaidah pimpinan Usamah bin Ladin.

 

Sementara pemerintah Amerika telah memasukkan Jamaah Islamiyah sebagai sayap perjuangan al-Qaidah Asia Tenggara, yang konon dipimpin Ba'asyir. Untuk membuktikan keberadaan JI, diperlukan sebuah operasi yang akan menguatkan tuduhan-tuduhan yang memojokkan Ba'asyir. Skenario pertama dengan menampilkan sosok Umar al-Farouk yang didampingi Haris. Dalam pengakuannya al-Farouk konon menyebutkan rencana terorisme yang akan dilakukan oleh Ba'asyir dengan pengikutnya.

 

Namun rupanya skenario ini tidak cukup untuk membuktikan keberadaan JI dengan kegiatannya. Maka ditampilkanlah skenario kedua yang melibatkan Hambali dan teman-temannya yang melakukan serangkaian peledakan. Anehnya, dalam waktu yang singkat jaringan pelaku bom Bali dapat disingkap, dan melibatkan Ba'asyir melalui jalur Hambali. Walaupun para pelaku bom Bali di persidangan telah menolak keterlibatan Ba'asyir sebagai amir JI ataupun dalam operasi pengeboman, namun Ba'asyir tetap menjadi sasaran tembak. Terbukti ketika para alumni perang Afghanistan ditangkap, mereka selalu dihubung-hubungkan dengan Jamaah Islamiyah dan Ba'asyir.

 

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa operasi-operasi yang dilakukan tidak lain untuk membuktikan bahwa ada gerakan terorisme di Indonesia yang didalangi oleh mujahidin alumni perang Afghanistan yang dipimpin Ba'asyir dan di bawah koordinasi sebuah jaringan teroris yang bernama Jamaah islamiyah (JI). Siapa sutradara di balik semua peristiwa ini dan apa kepentingannya? Ba'asyir sangat yakin bahwa sutradara di balik semua ini adalah pemerintah Amerika yang dikuasai musuh-musuh Islam yang ingin menjajah kaum muslimin di seluruh dunia. Jika dicermati pendapat beliau secara jernih, mungkin dapat diterima.

 

Sebagaimana diketahui, setelah peristiwa 11 September 2001, pemerintah Amerika melancarkan perang terhadap terorisme yang dipimpin Usamah bin Ladin yang bermarkas di Afghanistan. Dengan biaya besar tentara Amerika memerangi dan menaklukkan Afghanistan, namun kenyataannya satu helai jenggot Usamah pun tidak mereka dapatkan. Operasi besar-besaran dilakukan, namun tetap tidak mendatangkan hasil apapun kecuali bertambah besarnya biaya operasional. Untuk menjinakkan publik pembayar pajak Amerika yang bertanya-tanya tentang hasil operasi pemerintahan Bush, perlu dibuat sebuah skenario baru yang menampilkan sosok-sokok lebih berbahaya daripada Usamah.

 

Maka terpilihlah seorang ustad yang bernama Abubakar Ba'asyir. Maka dibuatlah sebuah skenario yang menampilkan sebuah gerakan terorisme internasional bernama JI dengan amir Ba'asyir. Agen-agen CIA bekerja dengan agen-agen lokal mempersiapkan sebuah operasi yang kemudian terkenal dengan bom Bali. Muncullah nama-nama Mukhlas, Imam Samudra, dan lainnya yang direkrut Hambali sebagai operator. Dan akhirnya terkuak ternyata Hambali bekerja dan dibiayai oleh Tgk Fauzi Hasbi bersama A Haris yang agen BIN. Kini, Tgk Fauzi sudah meninggal, A Haris tidak ketahuan rimbanya, sementara al-Farouk dan Hambali ditangkap pemerintah Amerika.

 

Sementara polisi dan jaksa kecewa berat karena semua yang mereka tuduhkan mentah dan sama sekali tidak terbukti di persidangan. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa operasi JI merupakan operasi pisau bermata dua yang mempertemukan dua kepentingan. Kepentingan pemerintah Amerika yang memerlukan sebuah pembenaran atas tindakan boros pemerintahan Bush di satu sisi dengan gerakan anti-Islam, baik di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, maupun Filipina. Di Indonesia gerakan mereka akan meredam kebangkitan Islam yang salah satunya dimotori oleh MMI yang dipimpin Ba'asyir.

 

Di samping itu broker gerakan operasi intelijen yang berorientasi dana ikut berperan melancarkan operasi ini bagaikan mak comblang yang melancarkan sebuah perkawinan. Namun dampak operasi ini sangat luas yang akan mengantarkan perpecahan NKRI, mengadu domba sesama anak bangsa Indonesia. Yang jelas setelah peristiwa peledakan terjadi ketegangan antara umat Islam dan Porli. Tiba-tiba al-Farouk mengaku dapat bahan peledak dari TNI, yang menjadikan TNI sebagai sasaran kecurigaan, yang akan mengadu TNI dengan Polri. Adapun Hambali, dia tidak lebih dari seorang yang menjadi korban permaian intelijen kelas tinggi akibat keluguannya dalam bergaul.

 

Akhirnya dia akan dijadikan alat untuk memuaskan kehendak jahat manusia-manusia bejat, seperti yang dialami sahabatnya al-Farouk, Faiz Bafana, ataupun Faturrahman al-Ghozi. Maka sebesar apapun pengakuan Hambali tentang keterlibatan Ba'asyir, semua itu pasti rekayasa operasi intelijen yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Maka sikap tegas Menteri Luar Negeri kita untuk meminta akses ke Hambali patut didukung. Kalau memang Hambali sudah ngaku, kenapa pemerintah Amerika tidak memberikan akses kepada pemerintah RI untuk memeriksa Hambali?

 

Ketua DPP Front Pembela Islam (FPI)

http://republika.co.id/ASP/kolom_detail.asp?id=156786&kat_id=16